Ada yang pernah mencicipi makanan yang satu ini?
Panganan ini dikenal dengan nama Lapat, Lontong bersantan atau Buras. Bentuknya montok dan dimasak dengan teknik yang juga khusus. Makanan wajib di hari lebaran disamping Ketupat dan Baju baru hehe.. Tanpa makanan ini rasanya kurang lengkap pula perayaan hari kemenangan di bulan puasa oleh beberapa orang yang berasal dari Makassar/Bugis.
ASAL MUASAL
Ada yang mengatakan bila penganan ini merupapkan makanan khas Kalimantan, tapi ada juga yang mengatakan bila makanan ini berasal dari Makassar/Bugis. Bila dipikir-pikir mungkin akibat dari banyaknya masyarakat Makassar/Bugis yang merantau dan menetap disana (tapi karena berhubung saya orang bugis asli, jadi makanan ini saya akui makanan khas dari daerah saya bugis.. hehe). maksadotkom. Kenapa? karena penganan ini adalah makanan yang lazim di hidangkan pada saat merayakan lebaran.
Sebenarnya nama aslinya Burasa, tapi karena lidah gaul anak muda Makassar/Bugis pada jamannya yang terbiasa menghilangkan huruf vokal pada akhir sebuah nama, akhirnya berubahlah nama penganan ini seperti yang sering terngiang ditelinga kita yakni "Burasa" hehe.. "Hingga kini asal muasal penganan ini masih menjadi kontroversi.!
PERKENALAN
Beberapa orang (Makassar/Bugis), memadankan kata "Burasa" dengan kata "Buras". Pola pengindonesiaan Bahasa Makassar dalam bahasa indonesia dengan membuang huruf vokal pada akhir kata dapat kita lihat juga pada kata "Pangnyingkul", yang berarti sudut (ini terjemahan bebas), padahal kata aslinya adalah "Pangnyingkulu". Kata lainnya misalnya "Sakkulu", yang berarti bau badan, disingkat menjadi "Sakkul".
Kembali ke Burasa, penganan ini terbuat dari beras yang dimasak tertebih dahulu dengan santan yang banyak hingga menjadi nasi lembek yang selanjutnya dibungkus dengan daun pisang. Diikat kuat (biasanya menggunakan tali rapia, tapi terkadang ada pula yg menggunakan daun pisang itu sendiri) kemudian direbus hingga matang.
Awalnya Burasa dipilih oleh masyarakat sebagai makanan bekal dalam perjalanan karena mampu bertahan hingga 2 x 24 jam. Burasa bisa dikonsumsi dengan sambal kacang, telur rebus atau sambal haban, tapi bagi masyarakat Bugis atau makassar lebih sering menjadikannya teman untuk makanan Coto Makassar, Sop Konro, Pallubasa, Nasu lekku' (ayam masak lengkuas versi sulsel) atau makanan khas berkuah lainnya (kadang-kadang ada yang memakannya bersama bakso atau lebih dikenal dengan nama Nyuknyang) dengan kata lain sebagai pengganti Ketupat.
Oiya katanya Burasa ini juga bisa dijadikan makanan untuk bayi dan kakek atau nenek yang sudah tak punya gigi loh, karena dagingnya yang empuk sampai sampai tidak perlu dikunyah tidak seperti lontong yang rada keras ataupun legit.
Cara Membuatnya
Ingredients:
* 500 gram Beras
* 200 ml santan
* Daun salam
* Garam
* Air
* Daun pisang untuk membungkus
* Tali untuk mengikat
Directions:
1. Cuci beras seperti kalau mau masak nasi biasa.
2. Didihkan santan, garam, daun salam dan air, pastikan air+santannya setinggi
kalau kita mau mengaron nasi.
3. Setelah mendidih, masukkan beras, aduk aduk, jangan sampai santan pecah dan
beras menempel di panci.Masak sampai air meresap.
4. Bungkus beras aron dengan daun pisang. Setiap 2 bungkus, diikat dengan tali.
5. Masukkan bungkusan yang sudah diikat ke dalam panci. Isi dengan air setinggi
bungkusannya. Rebus kira kira 3-4 jam (kalo saya mah ga sabar, 2 jam udah saya
angkat, hehehe)
6. Burasa siap dimakan.
0 komentar